Minggu, 25 Maret 2012

Pengukuran Dalam Psikologi Sosial


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Psikologi Sosial
            Psikologi Sosial  (Social Psychology) adalah bagian dari Ilmu Psikologi yang mempelajari tentang bagaimana individu berperilaku, berpikir dan berperasaan tertentu dalam konteks situasi sosial.  Yang dimaksud dengan Situasi Sosial adalah kehadiran orang lain secara nyata maupun secara imajinasi. Saat ini Psikologi Sosial telah mendapatkan posisi yang penting dalam psikologi modern, setelah sebelumnya dianggap tidak terlalu berperan. Hal ini disebabkan karena Psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat.
Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis dan empiris, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali berbagai peranan situasi, permasalahan dan budaya. Bagaimana pengaruh variabel variabel situasional dalam mentransformasikan perilaku melalui cara yang tidak bisa diprediksi hanya dengan memahami apa yang ada di ‘dalam’ individu. Para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa terkadang intuisi manusia seringkali tidak tepat. Berbeda dengan bidang bidang psikologi lainnya yang berfokus pada individu sebagai unit analisanya, maka para psikolog sosial lebih banyak membahas manusia dari konteks sosialnya, dan dalam pola pola hubungan antar pribadi, serta dalam dinamika kelompoknya. Hal ini telah membuat para psikolog sosial memperkaya khasanah peradaban manusia dengan mencari tahu bagaimana manusia dan situasi  berinteraksi sehingga terbentuk pikiran, perasaan dan tindakan.
Psikologi Sosial merupakan ilmu pengetahuan.  Istilah ilmu pengetahuan disini  tidak mengacu pada sekelompok bidang tertentu yang sangat maju. Untuk menentukan apakah suatu bidang merupakan ilmu pengetahuan atau bukan, maka mengacu pada 2 hal yaitu sekumpulan nilai dan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mempelajari bermacam macam topik. Nilai nilai tersebut adalah   :
1.    Akurasi
---à suatu komitmen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang dunia (termasuk perilaku dan pemikiran sosial) secara teliti, tepat, dan sebisa mungkin bebas dari kesalahan.

2.    Objektivitas
---à suatu komitmen untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi tentang dunia dengan sedapat mungkin terbebas dari bias.

3.    Skeptisisme
---à suatu komitmen untuk menerima hasil hasil penelitian sebagai suatu yang benar hanya bila hasil tersebut telah di verifikasi atau diuji berulang kali.

4.    Berpikiran terbuka
---à suatu komitmen untuk mengubah pandangan seseorang bahkan pandangan yang telah tertanam dengan kuat bila terbukti bahwa pandangan tersebut tidak benar.

Psikologi Sosial  sebagai sebuah bidang sangat terikat pada nilai  nilai ini dan menerapkannya sebagai usaha memahami hakikat dari perilaku dan pemikiran sosial.

I.2. Permasalahan
            Telah disebutkan sebelumnya bahwa Psikologi Sosial merupakan ilmu pengetahuan. Dalam mempertahankan eksistensinya sebagai ilmu pengetahuan maka Psikologi Sosial telah berusaha melakukan pendekatan ilmiah dengan cara memenuhi 4 nilai sebagai persyaratan untuk dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Lantas mengapa dalam Psikologi sosial perlu menggunakan pendekatan ilmiah tersebut mengingat adanya anggapan bahwa Psikologi Sosial hanya merupakan aplikasi dari akal sehat saja? Dalam melakukan pendekatan ilmiah tersebut harus diuji secara nyata dan empiris, maka bagaimana cara melakukan pengukuran dalam Psikologi Sosial?

I.3. Maksud Dan Tujuan
             Tulisan ini dibuat agar para kaum intelektual akademis khususnya mahasiswa fakultas psikologi mampu memahami secara mendalam mengenai kajian dalam ilmu Psikologi sosial, baik dari materi mengenai objek pengamatan yang dilakukan dalam ilmu tersebut yaitu individu dengan konteks sosialnya, berikut segala bentuk metode yang memenuhi syarat reliabilitas dan validitas sebagai perangkat ukur untuk melakukan penelitian di bidang ilmu Psikologi Sosial itu sendiri. Sehingga nantinya para mahasiswa psikologi tidak hanya memahami psikologi secara teoritis, melainkan juga mampu membuat nilai diagnostik dan prediktif atas sebuah fenomena perilaku dan pikiran individu dalam situasi sosial secara luas dan signifikan.


           







BAB II
KERANGKA TEORI

                Pertama kali yang dirasakan amat penting adalah terlebih dahulu memaparkan informasi yang melatar belakangi Psikologi Sosial yaitu ruang lingkup, karakteristik, dan metode metode yang digunakan dalam pengukuran Psikologi Sosial. Mengapa? Karena hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang untuk lebih mampu memahami, mengingat dan menggunakan informasi baru akan lebih tinggi bila seseorang terlebih dahulu diberikan kerangka untuk mengorganisasikan informasi tersebut.
            Masyarakat boleh saja memiliki pandangan yang berbeda tentang beberapa aspek perilaku sosial, namun tetap dibuat sebuah kesepakatan bahwa sebuah perilaku itu dilakukan oleh, dan pemikirannya muncul dalam diri individu. Karena fakta mendasar inilah fokus Psikologi Sosial dibatasi pada individu. Minat utama bidang ini terletak pada pemahaman faktor faktor yang membentuk perilaku dan pemikiran individu dalam konteks sosial. Minat ini berbeda dengan bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu sosiologi. Sosiologi mempelajari beberapa topik yang sama seperti Psikologi Sosial, namun tidak memperlajari perilaku dan pemikiran individu melainkan memfokuskan pada kelompok kelompok besar atau masyarakat sebagai satu keutuhan. Contohnya Psikologi Sosial dan Sosiologi sama sama mempelajari topik tentang kekerasan. Dalam Psikologi Sosial akan memfokuskan pada faktor faktor yang menyebabkan orang orang tertentu melakukan perilaku terebut, sedangkan Sosiologi akan melihat perbandingan angka kekerasan pada berbagai lapisan dalam satu kelompok masyarakat berdasarkan stimulus terjadinya.
            Dalam Psikologi Sosial, aspek yang terpenting adalah mencoba memahami berbagai faktor dan kondisi yang membentuk perilaku dan pemikiran sosial pada individu, yaitu tentang perilaku, perasaan, keyakinan, ingatan dan penyimpulan mereka tentang orang lain. Jadi perilaku orang lain merupakan faktor penting yang berpengaruh dalam perilaku dan pemikiran sosial seseorang. Seseorang bisa merasa nyaman dan tertarik atau tidak dengan orang lain tergantung dari persepsi yang diterimanya atas diri orang lain tersebut. Hal ini sesuai dengan teori dari McCall, Twenge & Manis yang mengatakan bahwa seseorang akan bereaksi terhadap karakteristik orang lain yang kasat mata, seperti penampilannya. Demikian juga menurut Hassin & Trope menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat mengabaikan penampilan orang lain, bahkan ketika secara sadar seseorang  mencoba untuk mengabaikannya.
            Reaksi seseorang terhadap perilaku dan penampilan orang lain juga dapat didasarkan atas beberapa hal yaitu   :
·         Proses proses kognitif
---à reaksi seseorang terhadap orang lain yang sangat tergantung pada ingatannya tentang perilaku orang lain tersebut di masa lalu dan kesimpulan tentang kebenaran alasannya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Killeya & Johnson dan Swann & Gill yang menyatakan bahwa proses proses kognitif memainkan peran penting dalam memahami  perilaku dan pemikiran manusia di dalam situasi sosial.  Para psikolog sosial menyebutnya dengan istilah Construals (pemahaman).

·         Variabel variabel lingkungan
---à Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan fisik berpengaruh  terhadap perasaan, pikiran dan perilaku seseorang sehingga variabel ekologis juga menjadi bahasan dalam psikologi sosial modern. Hal ini menjadi titik pandang para ahli sosial untuk menyatakan pendapatnya seperti   teori dari Rotton & Kelley yang menyatakan bahwa manusia lebih rentan terhadap perilaku impulsive yang tidak terkendali pada saat bulan purnama dibandingkan pada saat saat lain. Atau teori  dari Anderson, Bushman & Groom yang berpendapat bahwa seseorang menjadi lebih mudah marah dan agresif  ketika cuaca sedang panas dan lembab daripada ketika sedang sejuk dan nyaman.

·         Konteks budaya
---à bahwa pengaruh faktor budaya meningkat dan menjadi semakin penting dalam Psikologi Sosial sejalan dengan usaha bidang ini untuk juga mempertimbangkan perbedaan budaya yang semakin besar diantara banyak Negara. Seperti pendapat Smith & Bond yang berpendapat bahwa istilah budaya mengacu pada sistem yang dibagi atau dipahami bersama, persepsi, dan keyakinan yang dimiliki oleh orang orang dalam kelompok tertentu.

·         Faktor faktor biologis
---à dahulunya para psikolog mengatakan bahwa perilaku sosial tidak dipengaruhi oleh faktor faktor genetik  dan proses proses biologis. Namun sekarang kenyataan berkata lain. Bush & Nisbett  mengatakan bahwa pilihan, perilaku, reaksi emosi dan bahkan sikap sampai batas tertentu dipengaruhi oleh bawaan biologis. Pandangan bahwa faktor biologis memainkan peran penting dalam perilaku sosial datang dari bidang Psikologi Evolusioner (Evolutionary Psychology) menurut Bush & Shackelford. Cabang psikologi ini menyatakan bahwa manusia dan makhluk lain di bumi ini mengalami proses evolusi biologis selama sejarah keberadaannya, dan hasil dari proses ini adalah bahwa manusia memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang membantunya untuk mempertahankan hidup (survival).
Semua yang terjadi dalam situasi sosial tersebut juga memerlukan pengukuran untuk menentukan nilai diagnostik atau prediktif dari objek yang di tes, yang dalam hal ini adalah mencakup perilaku individu dalam konteks sosialnya. Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi, test adalah alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut F.L. Geodenough, test adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecapan antara satu dengan yang lain. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa TES adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang dapat berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi.

Terdapat syarat utama yang harus dipenuhi sebuah tes psikologi agar bisa menyempurnakan standardisasinya yaitu bahwa tes psikologi harus memenuhi unsur Validitas dan Reliabilitas.  Validitas adalah sejauh mana sebuah tes berhasil mengukur apa yang hendak diukurnya. Sedangkan Reliabilitas lebih merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama namun pada kesempatan yang berbeda. Demikian juga untuk melakukan pengukuran dalam aspek aspek Psikologi sosial, kedua syarat tersebut harus dipenuhi dalam prakteknya.



















BAB III
PEMBAHASAN

      Apakah yang dimaksud dengan pengukuran dalam psikologi sosial? Hal ini berkaitan dengan menjawab berbagai pertanyaan seputar perilaku sosial dan pemikiran sosial, dengan menggunakan metode metode penelitian tertentu.
      Satu teknik dasar untuk mempelajari perilaku sosial adalah Observasi Sistematis (Systematic observation), yaitu mengamati dan mencatat secara sistematis perilaku yang ada dengan dilengkapi pengukuran yang akurat dan teliti. Misalnya seorang psikolog sosial ingin meneliti seberapa sering orang saling bersentuhan di berbagai situasi yang berbeda. Peneliti dapat mencari datanya dengan pergi ke pusat keramaian seperti pasar, pusat perbelanjaan, Bandar udara, kampus dan lain sebagainya, untuk mencari tahu tentang siapa menyentuh siapa, bagaimana cara bersentuhan, dan seberapa sering itu terjadi. Penelitian semacam ini menggunakan metode yang dinamakan dengan Observasi Alamiah (Naturalistic Observation), yaitu observasi terhadap perilaku dalam situasi alami. Dalam hal ini peneliti tidak melakukan intervensi atau melakukan apapun untuk mengubah perilaku orang orang yang sedang diamati.
      Teknik lain yang sering digunakan dalam judul observasi sistematis adalah Metode Survei (survey method), yaitu peneliti meminta sejumlah besar partisipan untuk merespon pertanyaan pertanyaan tentang sikap atau perilaku mereka dalam sebuah situasi sosial. Kadang metode ini digunakan untuk mengukur sikap individu terhadap isu isu khusus. Survey memiliki banyak keuntungan. Informasi dapat diperoleh dari atau bahkan ratusan ribu orang dengan relatif mudah. Selanjutnya karena survey dapat dipersiapkan dengan cepat, maka opini publik tentang  isu isu baru dapat diperoleh secara cepat pula segera setelah isu yang bersangkutan muncul. Namun agar survey dapat berguna sebagai alat penelitian, maka harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu   :
·         Orang orang yang berpartisipasi harus mewakili populasi (representative) yang lebih besar, dimana penyimpulan akan digeneralisasikan pada populasi tersebut. Hal ini merupakan isu sampling (teknik pemilihan responden penelitian yang diambil dari populasi untuk mewakili populasi tersebut).

·         Isu lain sehubungan dengan survey yang juga perlu diperhatikan adalah cara  butir butir pertanyaan disusun ke dalam kalimat akan berpengaruh terhadap hasil yang didapat.

Pada berbagai kesempatan telah banyak peristiwa yang ternyata berhubungan satu sama lain; ketika yang satu berubah, yang lain berubah juga. Ketika dua peristiwa berhubungan seperti itu maka disebut berkorelasi . Istilah korelasi mengacu pada kecenderungan berubahnya satu peristiwa sewaktu peristiwa lain berubah. Para psikolog sosial menyebut aspek aspek alami yang bisa berubah nilainya tersebut sebagai variabel. Korelasi antara dua variabel bisa menjadi sangat berguna karena bisa meramalkan satu variabel berdasarkan informasi dari satu atau lebih variabel lainnya. Fakta fakta dasar ini mengarahkan pada satu metode penelitian yang penting yang kadang digunakan oleh psikolog sosial, yaitu Metode Korelasional (Correlational Method). Pada pendekatan ini, ilmuwan secara sistematis mengobservasi dua atau lebih variabel untuk menentukan apakah perubahan yang terjadi pada salah satu variabel disertai oleh perubahan variabel lainnya. Adanya korelasi yang kuat sekalipun antara variabel variabel tidak menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel variabel tersebut. Semua penelitian yang dilakukan didasarkan atas adanya Hipotesis (hypothesis), yaitu sebuah prediksi yang belum diverifikasi berdasarkan suatu teori.
            Seperti penjelasan yang telah diberikan sebelumnya, bahwa metode penelitian korelasional sangat berguna untuk memenuhi salah satu tujuan ilmu pengetahuan yaitu mampu membuat peramalan yang akurat. Namun metode ini kurang berguna bila dilihat dari tujuan yang lain yaitu member penjelasan. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan “mengapa?”. Untuk mencapai tujuan memberikan penjelasan, umumnya para psikolog sosial menggunakan metode penelitian yang dikenal sebagai Eksperimentasi (experimentation) atau Metode Eksperimen (Experimental Method), yaitu metode penelitian dimana satu faktor atau lebih (variabel bebas) yang iubah secara sistematis untuk menentukan apakah suatu variabel mempengaruhi satu atau lebih faktor yang lain (variabel terikat). Ciri dasar dari metode eksperimen adalah memiliki dua tahap yaitu   :
·         Variabel bebas (independent variable)
---à yaitu variabel secara sistematis diubah (divariasikan) dalam sebuah eksperimen.

·         Variabel terikat (dependent variable)
---à yaitu variabel yang diukur dalam eksperimen.

         Terdapat 2 syarat agar metode eksperimen berhasil yaitu   :
·         Randomisasi
---à penempatan partisipan secara acak dalam kondisi eksperimen, atau tiap partisipan mempunyai kesempatan yang sama untuk ditempatkan dalam tiap level variabel terikat.

·         Sebisa mungkin semua faktor selain variabel bebas yang mungkin berpengaruh pada perilaku partisipan harus dijaga supaya tetap konstan (dikontrol).

Pengaruh eksperimenter terjadi bila peneliti secara tidak sengaja mempengaruhi tingkah laku partisipan. Pengaruh seperti ini dapat dihilangkan atau diminimalisasi dengan prosedur Double Blind, yaitu peneliti yang terlibat kontak dengan partisipan tidak mengetahui hipotesis penelitian.
Setelah suatu penelitian selesai, psikolog sosial harus mengubah fokus perhatian mereka kepada satu tugas penting, yaitu mengintepretasikan hasil penelitian tersebut. Untuk menjawab pertanyaan, psikolog sosial biasanya menggunakan Statistik Inferensial (Inferential Statistics), yaitu suatu formula matematika khusus yang dapat membantu peneliti menguji untuk mengevaluasi kemungkinan apakah suatu pola hasil penelitian tertentu terjadi akibat adanya faktor kebetulan. Jika psikolog sosial dikonfrontasikan oleh hasil penelitian yang berbeda, maka untuk menjawabnya dapat menggunakan suatu teknik yang dikenal dengan nama Meta Analisis yaitu teknik statistic untuk menggabungkan data dari studi studi yang berbeda untuk menentukan apakah variabel tertentu (atau interaksi antar variabel) memiliki efek yang signifikan antar hasil penelitian tersebut.
Yang terakhir ada satu aspek dalam penelitian psikologi sosial yang harus dicermati sebelum membuat kesimpulan, yaitu melibatkan adanya suatu konstruksi Teori (theory) sebagai kerangka kerja yang dibangun para ilmuwan untuk menjelaskan mengapa kejadian atau proses tertentu terjadi.


         








BAB IV
KESIMPULAN

      Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa Psikologi Sosial adalah sebuah bidang ilmiah yang mencoba memahami karakteristik dan penyebab dari perilaku dan pikiran individu dalam situasi sosial. Penyebab penting dari perilaku dan pemikiran sosial adalah perilaku dan karakteristik orang lain , proses kognitif, aspek lingkungan fisik, budaya serta faktor biologis dan genetik. Psikologi Sosial bersifat ilmiah karena mengambil nilai nilai dan metode metode yang digunakan oleh bidang ilmu pengetahuan lain.
      Untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar perilaku sosial dan pemikiran sosial, maka para ilmuwan menggunakan metode penelitian dalam Psikologi Sosial. Metode metode tersebut banyak ragamnya, misalnya observasi sistematis, metode survey, metode korelasional, metode eksperimen. Kesemua metode tersebut pada akhirnya mempertanyakan tentang validitas eksternalnya, yaitu sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke dalam situasi sosial yang nyata dan pada orang yang berbeda. Eksperimen yang dilakukan sebagai upaya untuk memberikan penjelasan atas sebuah penelitian didasarkan atas adanya hipotesis sebagai prediksi yang belum diverifikasi berdasarkan teori dengan memperhatikan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian.
      Setelah penelitian selesai, maka para ilmuwan akan menggunakan statistik inferential sebagai salah satu formula matematika khusus untuk menginterpretasikan hasil penelitian, serta mengujinya untuk dievaluasi kemungkinan apakah hasil penelitian terjadi berdasarkan faktor kebetulan belaka. Untuk hasil yang berbeda maka ilmuwan akan menggunakan teknik meta analisis untuk menggabungkan data dari beberapa studi yang berbeda guna menentukan apakah variabel tertentu memiliki efek yang signifikan antar hasil penelitian. Terakhir sebelum membuat kesimpulan, ilmuwan akan membangun kerangka teori untuk menjelaskan sebab dan terjadinya sebuah fenomena yang diteliti.




























DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Urbina, Susana. 2007. “Tes psikologi”. Psychological Testing, edisi ke 7. Jakarta : P.T. Indeks.
Baron, Robert A. & Byrne, Donn.2002. “Psikologi Sosial”, edisi ke 10 jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S.W.1998. “Psikologi Sosial”. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta : Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar