Minggu, 10 Juni 2012

TENTANG Wawancara

Wawancara kerja saat ini merupakan salah satu cara yang sangat populer sebagai salah satu metode untuk menyeleksi karyawan. Seleksi adalah proses pembuatan keputusan memilih seseorang untuk mengisi suatu posisi pekerjaan atas dasar kesesuaian karakteristik individu dengan kebutuhan posisi pekerjaan tersebut (Schuler, 1987). Dalam wawancara terdapat 2 pihak yang terlibat, yaitu orang yang mewawancarai disebut sebagai “Interviewer” dan pihak yang diwawancarai disebut “Interviewee”. Bagi perusahaan perusahaan kecil dan menengah wawancara kerja seringkali merupakan metode yang paling diandalkan, mengingat biaya yang dikeluarkan relatif murah dan “user” (baca: atasan) dapat langsung bertatap muka dengan si pelamar. Bahkan pada jabatan tertentu wawancara kerja bisa dilakukan berkali-kali, sebelum calon karyawan diputuskan untuk diterima bekerja. Sementara bagi para pencari kerja, wawancara kerja mungkin sudah dianggap sebagai “menu” yang harus dilalui sebelum resmi diterima bekerja.
Wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja tersebut merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk memperoleh akses langsung ke perusahaan (pemberi kerja), maka “performance” wawancara kerja merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan diterima atau ditolak. Selain itu wawancara kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan interpersonal, professional, dan  gaya hidup atau kepribadian pelamar. Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan untuk membuktikannya. Meskipun validitas wawancara dianggap lebih rendah jika dibandingkan dengan metode seleksi yang lain seperti psychotest, namun wawancara memiliki berbagai kelebihan yang memudahkan petugas seleksi dalam menggunakannya.
Agar tugas wawancara dapat berhasil, maka hendaknya Interviewer memperhatikan hal-hal  yang antara lain  sebagai berikut   :
  1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai (Interviewee), dan sebagainya.
  2. Taatilah peraturan dan norma norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal hal yang juga perlu diperhatikan agar  dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
  3. Jangan mendebat Interviewee. Tugas seorang Interviewer adalah mencari informasi sebanyak banyaknya dari Interviewee, bukan berdiskusi.
  4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara Interviewee.
  5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar Interviewee tidak kebingungan mencerna ucapan Interviewer.
  6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan, karena Interviewee biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
  7. Interviewer hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter Interviewee. Untuk Interviewee yang pendiam, Interviewer hendaknya dapat melontarkan ungkapan ungkapan pemancing yang membuat si Interviewee "buka mulut". Sedangkan untuk Interviewee yang doyan ngomong, Interviewer hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar Interviewee hanya bicara mengenai hal hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
  8. Interviewer juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan Interviewee, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara untuk membicarakan hal hal diluar konteks wawancara. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keakraban kedua pihak sehingga mengurangi ketegangan dan mengarahkan pada kondisi yang tenang.
  9. Jika mewawancarai seseorang yang memiliki jabatan tinggi atau kualifikasi khusus maka seorang Interviewer wajib membekali diri dengan pengetahuan seputar lingkup kegiatan yang dilakukan Interviewee agar bisa mengimbangi jalannya proses wawancara dan tidak terjadi kekosongan pembicaraan.
Sedangkan hal hal yang harus menjadi perhatian bagi Interviewee adalah   :
1.    Berusaha untuk memenuhi undangan wawancara secara tepat waktu, atau  datang lebih awal agar lebih bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi wawancara.
2.    Memperhatikan penampilan ketika memenuhi undangan wawancara, dengan pakaian yang sopan, serasi dan tepat untuk digunakan saat wawancara (bukan pakaian santai atau ke pesta) serta menjaga kebersihan  tubuh agar tidak tercium aroma yang kurang sedap.
3.     Ucapkan salam (selamat pagi / siang / sore) kepada para pewawancara dan jika harus berjabat tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas).
4.     Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang. Ingat dengan baik nama pewawancara. Lakukan kontak mata dengan pewawancara. Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara.

5.     Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan. Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan bahasa tersebut.
6.    Tampilkan hal hal positif yang pernah anda raih. Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi. Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa yang bisa diberikan oleh perusahaan kepada anda .
7.    Mempersiapkan diri lebih baik mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses wawancara, baik materi bidang pendidikan yang dikuasai maupun kesiapan tentang konsep diri.
8.    Berusaha mengingatkan diri untuk menjaga sikap dalam berbicara maupun perilaku ketika sedang menghadapi proses wawancara.
9.    Belajar untuk bisa melakukan adaptasi dengan segera ketika tiba di lokasi wawancara agar dapat menyatu secara emosional dengan situasi.
10. Berusaha untuk menghindari kebohongan ketika memberikan informasi agar tidak menjadi boomerang bagi diri sendiri ketika menghadapi pertanyaan yang memiliki korelasi dengan pertanyaan sebelumnya.
11. Tidak mendominasi percakapan dan menghindari pemberian informasi berlebihan diluar pertanyaan yang diberikan
12. Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya. Ucapkan banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada anda.
Proses wawancara harus dilakukan sebagai kesatuan yang terdiri dari :
(1) Opening
  Memotivasi subyek wawancara.
  Melakukan rapport.
  Memberikan orientasi tentang tujuan dari wawancara.
  Menetapkan waktu pertemuan.
(2) Body
 Menggali permasalahan.
      Mengarahkan jalannya wawancara.
 Menerima subyek apa adanya.
      Menggunakan guide wawancara.
           Menentukan taraf keakraban antara pewawancara dan subyek.
     (3) Closing
 Memberikan kesimpulan.
            Memberikan penghargaan terhadap subyek.
Validitas dalam wawancara dapat diukur dari konsistensi pada jawaban jawaban yang diberikan atas pertanyaan yang hampir mirip. Interviewer penting untuk melakukan kroscek jawaban dalam arti bahwa setiap aspek seyogyanya diungkap dengan beberapa pertanyaan. Ada kecenderungan Interviewee melakukan faking atau berusaha menutup nutupi informasi yang sesungguhnya sehingga kroscek data ini memiliki peranan yang penting. Selain melakukan kroscek dengan pertanyaan yang lain, kroscek juga bisa dilakukan dengan melakukan observasi pada saat Interviewee menjawab, apakah gesture tubuh atau mimik wajahnya mendukung jawaban yang diberikan. Misalnya ketika Interviewee menyampaikan ketertarikan pada suatu hal, apakah secara non verbal gesturenya mendukung penjelasannya atau tidak.
Reliabilitas wawancara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bias dimana nilai nilai Interviewer masuk dalam proses wawancara atau proses analisa data. Selain itu juga faktor drift atau rentang waktu yang digunakan dalam wawancara. Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam proses wawancara maka baik Interviewer maupun Interviewee akan merasa jenuh sehingga mempengaruhi kualitas dari proses wawancara itu sendiri. Selanjutnya adalah hallo effect yaitu berkaitan dengan penilaian baik atau buruk berdasarkan persepsi pewawancara.
Jadi, walaupun wawancara adalah salah satu proses seleksi yang sederhana namun tetap membutuhkan kecerdasan untuk melakukannya. Karena jika salah strategi dalam pelaksanaannya akan memberi hasil yang kurang memuaskan bagi yang melaksanakannya. Semoga info ini bermanfaat……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar