Wawancara kerja saat ini merupakan salah satu
cara yang sangat populer sebagai salah satu metode untuk menyeleksi karyawan. Seleksi adalah proses pembuatan keputusan
memilih seseorang untuk mengisi suatu posisi pekerjaan atas dasar kesesuaian
karakteristik individu dengan kebutuhan posisi pekerjaan
tersebut (Schuler, 1987). Dalam
wawancara terdapat 2 pihak yang terlibat, yaitu orang yang mewawancarai disebut
sebagai “Interviewer” dan pihak yang diwawancarai disebut “Interviewee”. Bagi
perusahaan perusahaan kecil dan
menengah wawancara kerja seringkali merupakan metode yang paling diandalkan,
mengingat biaya yang dikeluarkan relatif murah dan “user” (baca: atasan) dapat
langsung bertatap muka dengan si pelamar. Bahkan pada jabatan tertentu
wawancara kerja bisa dilakukan berkali-kali, sebelum calon karyawan diputuskan
untuk diterima bekerja. Sementara bagi para pencari kerja, wawancara kerja
mungkin sudah dianggap sebagai “menu” yang harus dilalui sebelum resmi diterima bekerja.
Wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu
kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja menjadi
penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja tersebut merupakan suatu
proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk memperoleh akses
langsung ke perusahaan (pemberi kerja), maka “performance” wawancara kerja
merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan
diterima atau ditolak. Selain
itu wawancara kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan
interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian pelamar.
Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa mengklaim bahwa dirinya
memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara
dia diberi kesempatan untuk membuktikannya. Meskipun validitas wawancara dianggap lebih
rendah jika dibandingkan dengan metode seleksi yang lain seperti psychotest, namun wawancara memiliki berbagai kelebihan yang memudahkan petugas
seleksi dalam menggunakannya.
Agar tugas wawancara dapat berhasil, maka hendaknya Interviewer
memperhatikan hal-hal yang
antara lain sebagai berikut :
- Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai (Interviewee), dan sebagainya.
- Taatilah peraturan dan norma norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal hal yang juga perlu diperhatikan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
- Jangan mendebat Interviewee. Tugas seorang Interviewer adalah mencari informasi sebanyak banyaknya dari Interviewee, bukan berdiskusi.
- Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara Interviewee.
- Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar Interviewee tidak kebingungan mencerna ucapan Interviewer.
- Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan, karena Interviewee biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
- Interviewer hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter Interviewee. Untuk Interviewee yang pendiam, Interviewer hendaknya dapat melontarkan ungkapan ungkapan pemancing yang membuat si Interviewee "buka mulut". Sedangkan untuk Interviewee yang doyan ngomong, Interviewer hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar Interviewee hanya bicara mengenai hal hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
- Interviewer juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan Interviewee, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara untuk membicarakan hal hal diluar konteks wawancara. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keakraban kedua pihak sehingga mengurangi ketegangan dan mengarahkan pada kondisi yang tenang.
- Jika mewawancarai seseorang yang memiliki jabatan tinggi atau kualifikasi khusus maka seorang Interviewer wajib membekali diri dengan pengetahuan seputar lingkup kegiatan yang dilakukan Interviewee agar bisa mengimbangi jalannya proses wawancara dan tidak terjadi kekosongan pembicaraan.
Sedangkan hal hal
yang harus menjadi perhatian bagi Interviewee adalah :
1.
Berusaha untuk memenuhi undangan wawancara secara
tepat waktu, atau datang lebih awal agar
lebih bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi wawancara.
2.
Memperhatikan penampilan ketika memenuhi
undangan wawancara, dengan pakaian yang sopan, serasi dan tepat untuk digunakan
saat wawancara (bukan pakaian santai atau ke pesta) serta menjaga kebersihan tubuh agar tidak tercium aroma yang kurang
sedap.
3.
Ucapkan salam (selamat pagi / siang / sore)
kepada para pewawancara dan jika harus berjabat tangan, jabatlah dengan erat
(tidak terlalu keras namun tidak lemas).
4.
Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan
untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang. Ingat dengan baik
nama pewawancara. Lakukan kontak mata dengan pewawancara. Tetap fokus pada
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
5.
Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda
pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan. Gunakan bahasa formal, bukan
prokem atau bahasa gaul kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan
bahasa tersebut.
6.
Tampilkan
hal hal positif yang pernah anda raih. Tunjukkan energi dan rasa percaya diri
yang tinggi. Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa
yang bisa diberikan oleh perusahaan kepada anda .
7.
Mempersiapkan diri lebih baik mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses wawancara, baik materi bidang pendidikan
yang dikuasai maupun kesiapan tentang konsep diri.
8.
Berusaha mengingatkan diri untuk menjaga
sikap dalam berbicara maupun perilaku ketika sedang menghadapi proses
wawancara.
9.
Belajar untuk bisa melakukan adaptasi dengan
segera ketika tiba di lokasi wawancara agar dapat menyatu secara emosional
dengan situasi.
10. Berusaha
untuk menghindari kebohongan ketika memberikan informasi agar tidak menjadi
boomerang bagi diri sendiri ketika menghadapi pertanyaan yang memiliki korelasi
dengan pertanyaan sebelumnya.
11. Tidak
mendominasi percakapan dan menghindari pemberian informasi berlebihan diluar
pertanyaan yang diberikan
12. Akhiri
wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya. Ucapkan
banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan
kepada anda.
Proses wawancara harus
dilakukan sebagai kesatuan yang terdiri dari :
(1) Opening
Memotivasi subyek wawancara.
Melakukan
rapport.
Memberikan
orientasi tentang tujuan dari wawancara.
Menetapkan waktu pertemuan.
(2) Body
Menggali permasalahan.
Mengarahkan jalannya wawancara.
Menerima subyek apa adanya.
Menggunakan guide wawancara.
Menentukan taraf keakraban
antara pewawancara dan subyek.
(3) Closing
Memberikan kesimpulan.
Memberikan penghargaan
terhadap subyek.
Validitas
dalam wawancara dapat diukur dari konsistensi pada jawaban jawaban yang
diberikan atas pertanyaan yang hampir mirip. Interviewer penting untuk
melakukan kroscek jawaban dalam arti bahwa setiap aspek seyogyanya diungkap
dengan beberapa pertanyaan. Ada kecenderungan Interviewee melakukan faking
atau berusaha menutup nutupi informasi yang sesungguhnya sehingga kroscek data
ini memiliki peranan yang penting. Selain melakukan kroscek dengan pertanyaan
yang lain, kroscek juga bisa dilakukan dengan melakukan observasi pada saat
Interviewee menjawab, apakah gesture tubuh atau mimik wajahnya mendukung
jawaban yang diberikan. Misalnya ketika Interviewee menyampaikan ketertarikan
pada suatu hal, apakah secara non verbal gesturenya mendukung
penjelasannya atau tidak.
Reliabilitas
wawancara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bias dimana
nilai nilai Interviewer masuk dalam proses wawancara atau proses analisa data.
Selain itu juga faktor drift atau rentang waktu yang digunakan dalam
wawancara. Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam proses wawancara maka baik
Interviewer maupun Interviewee akan merasa jenuh sehingga mempengaruhi kualitas
dari proses wawancara itu sendiri. Selanjutnya adalah hallo effect yaitu
berkaitan dengan penilaian baik atau buruk berdasarkan persepsi pewawancara.
Jadi, walaupun
wawancara adalah salah satu proses seleksi yang sederhana namun tetap
membutuhkan kecerdasan untuk melakukannya. Karena jika salah strategi dalam pelaksanaannya
akan memberi hasil yang kurang memuaskan bagi yang melaksanakannya. Semoga info
ini bermanfaat……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar