Sabtu, 29 September 2012

Analisa Jurnal PSIKODIAGNOSTIK


A.   KECEMBURUAN PADA KAUM HOMOSEKSUAL PRIA (GAY) DI JAKARTA
(Diilhami dari kasus mutilasi Ryan dan observasi terhadap artist management)

       ---à Bahwa telah dilakukan penelitian terhadap responden yang berjumlah 3 orang dengan berjenis kelamin laki laki, memiliki orientasi homoseksual, usia sekitar 20-40 tahun, sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, serta berdomisili dijakarta dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode obervasi (non partisipan) dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Ketiga subjek menyadari orientasi seksual nya sejak usia remaja. Subyek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis sejak usia 10 tahun, subyek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari sejak usia 15 tahun. Dari observasi terhadap ketiga subyek, dua subyek menunjukkan notasi bicara terpacu lebih cepat, dan pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan menguat/mengepal. Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan aktivitas seksual dengan sesama jenis sejak usia 9 tahun, sedangkan subyek 1 melakukannya di usia 18-19 tahun, dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun. Dari keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua faktor potensial yang menyebabkan mereka menjadi gay seperti terdapat pada model teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh negatif),  terisolasi dari lingkungan sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup. Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan homoseksual ego distonik. Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi orientasinya kepada orang lain. Dari hasil penelitian seputar kecemburuan tersebut terdapat fakta bahwa keseluruhan subyek mengalami hurt (luka), fear and anxiety (takut dan cemas). Sedangkan untuk anger (marah), hanya subyek 2 dan subyek 3 yang mengalaminya. Selanjutnya untuk tipe kecemburuan terbagi 2 (dua) yaitu Reactive jealousy & Suspicious jealousy


B.   JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA “Bayu Wicaksono” (Universitas Gunadarma).

---à Kohesivitas adalah bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari sebuah kelompok. Kohesivitas adalah hal yang paling mendasar namun juga yang paling besar pengaruhnya. Adanya kelompok belum tentu memiliki sebuah kohesivitas yang tinggi, namun dengan adanya kohesivitas yang tinggi sangat mudah menciptakan kelompok yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori dari Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah ketertarikan terhadap kelompok dan anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan tujuan pribadi yang menuntut saling ketergantungan. Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam kelompok. Faktor faktor yang menyebabkan Kohesivitas yaitu   :

·         latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu)
·         kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebutdapat meningkatkan kekompakan)
·         kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapatmeningkatkan keterikatan antara anggota kelompok.

 Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan “Macan Kemayoran”. Persija singkatan dari Persatuan Sepak Bola Jakarta adalah sebuah klub sepak bola Persija didirikan dengan cikal bakal bernama “Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ)”. VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Suporter Persija dikenal dengan sebutah The Jakmania. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. . Pada awalnya The Jak mania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang.  Dalam kelompok The Jakmania terdapat kelompok kelompok seperti Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan “Radio Utan Kayu” yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain pemain Persija. Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija. Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet.  Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan (Wikipedia, 2007). Kelompok kelompok yang ada dalam The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang tertulis di atas,  Banyak kelompok kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok tersebut.  Kelompok kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersama sama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama sama menuju tempat asal. Kelompok “The Jak Kukusan” merupakan salah satu kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas. Faktor faktor yang menyebabkan kohesivitas kelompok adalah   :
·       Kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota.
·        Adanya tradisi, kebiasaan, dan adat.
·       Ada organisasi dalam kelompok.
·       Kesadaran diri kelompok, yaitu setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya.
·       Pengetahuan tentang kelompok.
·       Keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Dan kohesivitas Suporter Tim Persija terjadi karena   :
·       Setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama.
·       Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama.
·       Setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama.
·        Setiap anggota kelompok saling berkerjasama dan berkolaborasi.
·       Setiap anggota kelompok memiliki peran keanggotaan.
·       Kelompok mengambil keputusan secara efektif.

KSedangkan ohesivitas individu dalam kelompok kecil dilihat dari:
·       Aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng)
·       aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama, patungan, pulang dan pergi bersama), proses pengambilan keputusan kelompok (berdiskusi, solusi,pengambilan keputusan)
·       identitas kelompok (warna, tulisan, logo logo, warna, logo,atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan)
·       aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul,mencari kendaraan, menaiki kendaraan,menyanyikan yel yel, membeli air dan rokok, tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan).


C.   EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG (COOPERATIVE LEARNING) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang)

---à Penelitian ini dilatar belakangi oleh faktor faktor   :
·       Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP.
·       Anggapan negatif tersebut semakin berkembang dengan adanya kenaikan standar kelulusan, khususnya untuk nilai matematika, yang menyebabkan banyak siswa tidak lulus pada tahun 2004.
·       Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan.
·       Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar tertentu dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika.

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok masing masing 16 orang. Pada mereka dilakukan penelitian dengan Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefinisikan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok  (Johnson & Jhonson 1994). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kerangka teoritis dari Stodolsky (1985), yang menyatakan bahwa metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) dapat menurunkan kecemasan siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan dan matematika .Selanjutnya didukung oleh teori dari Okebula (1986) yang menyatakan bahwa kecemasan siswa dapat menurun ketika diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, bebas dari rasa tegang, dan adanya rasa saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan kategori “Kecemasan” yang dimaksud adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990), atau Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipan. Pertama tama siswa diberikan pre test yang berupa  skala kecemasan. Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi selama 4 kali pertemuan. Setelah itu semua siswa diberi post test yang sama berupa skala kecemasan seperti pada subtest awal. Pada metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning), siswa duduk dikelompokkan, siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru. Hasil observasi memperlihatkan bahwa :
·       Pada awal kelas dimulai belum banyak interaksi yang tercipta.
·       Setelah sudah mendapat instruksi soal, nampak adanya interaksi antar siswa dalam kelompok.
·       Siswa saling berbicara satu sama lain dalam kelompok sambil memegang kertas soal.
·       Siswa saling bertanya kepada teman kelompok.
·       Siswa terlihat melakukan interaksi antar kelompok.
·       Suasana kelas aktif dan riuh ramai.

Hasil akhir menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan selama 4 kali pertemuan berupa belajar matematika dengan metode pembelajaran gotong royong dapat menurunkan kecemasan siswa ketika menghadapi pelajaran matematika. Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar